DAFTAR
ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................
i
Daftar Isi ........................................................................................................
.........ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang.......................................................................................1
1.2 Tujuan....................................................................................................1
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sufisme................................................................................2
2.1.1 Asal-Usul Ajaran
Tasawuf.......................................................2
2.1.2 Akidah
Sufistik........................................................................4
2.1.3 Contoh Paham Sufi atau Paham
Tasawuf..............................5
2.1.4 Pokok-pokok Ajaran
Tasawuf.................................................6
2.2 Ihsan Sebagai Inspirasi Munculnya Sufisme..........................................8
2.3 Fenomena Supranatural & Ruq’yah (Pengobatan
Alternatif)................9
2.3.1 Pengertian
Keramat...............................................................9
2.3.2 Contoh Fenomena Supranatural
& Ruq’yah .......................10
BAB III : PENUTUP
3.1
Kesimpulan..........................................................................................13
3.2
Saran....................................................................................................14
3.3 Daftar
Pustaka......................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kurun waktu umat islam pertama dibawah
bimbingan langsung Nabi berhasil memperagakan pemahaman, penghayatan dan
pengalaman Islam yang benar-benar murni dan segar sehingga terbentuk suatu umat
baru dan menjadi khoiru ummat pada waktu itu. Keistimewaan Islam adalah mempunyai sejarah yang jelas
semenjak diturunkannya wahyu pertama hingga jadi agama yang sempurna dan untuk
sebelum wafat Nabi.
Islam mengarahkan tujuan
dan pandangan hidup umatnya ke arah alam atau kampung akhirat, namun
mewajibkan agar umat Islam tidak melupakan perjuangan untuk membina kehidupan
dunianya secara layak dan jaya. Sebab-sebab pemikiran rasional yang mendasari
perkembangan cabang-cabang ilmu ke Islaman telah mengeringkan aspek spiritual
dari rasa keagamaan. Maka pemahaman agama disamping tidak utuh, juga jadi
formalitas legalitas keadaan ini mau tidak mau memupuk kesuburan perkembangan
pengaruh ajaran mistik dalam kalangan umat Islam.
Mistik termasuk jenis
kepercayaan atau ajaran. Ciri khususnya, para penganut mistik percaya bahwa
pengetahuan tentang hakikat atau tentang Tuhan bisa dicapai melalui meditasi
(zikir) atau tanggapan batin (pengalaman kejiwaan) dengan mematikan fungsi
fikiran dan panca indra. Dengan perantaraan penghayatan kejiwaan yang mistis
seorang mistikus dan sufi bisa mencapai tingkat kehidupan yang sempurna, yakni
menjadi insan kamil (al-ihsan al-kamil) menguasai ilmu ghaib dan bahkan bersatu
dengan Tuhan.
Kalangan umat Islam masa
lalu atau bahkan hingga kini ajaran tasawuf adalah yang paling mereka
bangga-banggakan dan mampu merebut hati umat Islam hingga ke pelosok-pelosok
alam Islami. Mereka merasa bahwa jelas mistik atau tarekat mampu menghidupkan
spiritualitas yang tiada bandingnya. Dalam
makalah ini kami akan mencoba mengkaji tentang sufisme dan fenomena
supranatural.
1.2 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui hal-hal yang melatarbelakangi munculnya sufisme.
2.
Mengetahui
tentang akidah sufistik dan macam-macam paham sufi atau tasawuf.
3.
Mengetahui
bagaimana ihsan menginspirasi munculnya sufisme.
4.
Mengetahui
fenomena supranatural dalam pandangan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sufisme
Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa arab: تصوف
, ) adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan
akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi.
Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam
Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme Islam. Pemikiran
Sufi muncul di Timur Tengah
pada abad ke-8,
sekarang tradisi ini sudah tersebar ke seluruh belahan dunia. Ada beberapa
sumber perihal etimologi dari kata "Sufi". Pandangan yang umum adalah
kata itu berasal dari Suf (صوف), bahasa Arab untuk wol, merujuk kepada jubah
sederhana yang dikenakan oleh para asetik Muslim. Namun tidak semua Sufi
mengenakan jubah atau pakaian dari wol. Teori etimologis yang lain menyatakan
bahwa akar kata dari Sufi adalah Safa (صفا), yang berarti kemurnian. Hal ini
menaruh penekanan
pada Sufisme pada kemurnian hati dan jiwa. Teori lain mengatakan bahwa tasawuf
berasal dari kata Yunani theosofie artinya ilmu ketuhanan.
Beberapa definisi lain tentang sufisme:
·
Sufisme
Yaitu
paham mistik
dalam agama Islam sebagaimana Taoisme di Tiongkok dan ajaran Yoga di India (Mr.
G.B.J Hiltermann & Prof.Dr.P.Van De Woestijne).
·
Sufisme
Yaitu
aliran kerohanian mistik (mystiek geestroming) dalam agama Islam (Dr.
C.B. Van Haeringen).
2.1.1
Asal-Usul Ajaran Tasawuf
Banyak pendapat pro dan kontra mengenai asal-usul ajaran
tasawuf, apakah ia berasal dari luar atau dari dalam agama Islam sendiri. Berbagai sumber
mengatakan bahwa ilmu tasauf sangat lah membingungkan. Sebagian pendapat
mengatakan bahwa paham tasawuf merupakam paham yang sudah berkembang sebelum Nabi Muhammad
menjadi Rasulullah. Dan orang-orang Islam baru di daerah Irak dan Iran (sekitar
abad 8 Masehi) yang sebelumnya merupakan orang-orang yang memeluk agama non
Islam atau menganut paham-paham tertentu. Meski sudah masuk Islam, hidupnya
tetap memelihara kesahajaan dan menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan
keduniaan. Hal ini didorong oleh kesungguhannya untuk mengamalkan ajarannya,
yaitu dalam hidupannya sangat berendah-rendah diri dan berhina-hina diri
terhadap Tuhan. Orang-orang tersebut selalu mengenakan pakaian
yang pada waktu itu termasuk pakaian yang sangat sederhana, yaitu pakaian dari
kulit domba yang masih berbulu, sampai akhirnya dikenal sebagai semacam tanda
bagi penganut-penganut paham tersebut. Itulah sebabnya maka pahamnya kemudian
disebut paham sufi, sufisme atau paham tasawuf. Sementara orang penganut paham
tersebut disebut orang sufi.
Sebagian pendapat lagi mengatakan bahwa asal-usul ajaran
tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad. Berasal dari kata "beranda"
(suffa), dan pelakunya disebut dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan di
atas. Mereka dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari
pengetahuan Nabi Muhammad
Pendapat lain menyebutkan tasawuf muncul ketika
pertikaian antar umat Islam di
zaman Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khususnya karena faktor politik. Pertikaian
antar umat Islam karena karena faktor politik dan perebutan kekuasaan ini terus
berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan Ali. Munculah
masyarakat yang bereaksi terhadap hal ini. Mereka menganggap bahwa politik dan
kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka melakukan gerakan ‘uzlah
, yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi yang seringkali menipu
dan menjerumuskan. Lalu munculah gerakan tasawuf yang di pelopori oleh Hasan Al-Bashiri pada abad kedua Hijriyah.
Kemudian diikuti oleh figur-figaur lain seperti Shafyan al-Tsauri dan Rabi’ah al-‘Adawiyah. Ada
beberapa pendapat tentang asal-usul sufisme/ tasawuf yaitu sebagai berikut :
1. Pendapat
yang mengatakan bahwa sufisme/tasawuf berasal dari dalam agama Islam:
·
Asal-usul ajaran sufi didasari pada sunnah
Nabi Muhammad. Keharusan untuk bersungguh-sungguh terhadap Allah merupakan aturan
di antara para muslim awal.(Nuh
Ha Mim Keller, 1995).
·
Seorang penulis dari mazhab Maliki, Abd
al-Wahhab al-Sha'rani mendefinisikan Sufisme sebagai berikut: "Jalan para
sufi dibangun dari Qur'an dan Sunnah, dan didasarkan pada cara hidup
berdasarkan moral para nabi dan yang tersucikan. Tidak bisa disalahkan, kecuali
apabila melanggar pernyataan eksplisit dari Qur'an, sunnah, atau ijma."
[11. Sha'rani, al-Tabaqat al-Kubra (Kairo, 1374), I, 4.)
2. Pendapat
yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari luar agama Islam:
·
Sufisme berasal dari bahasa
Arab suf, yaitu pakaian yang terbuat dari wol pada kaum asketen (yaitu
orang yang hidupnya menjauhkan diri dari kemewahan dan kesenangan). Dunia
Kristen, neo platonisme, pengaruh Persi dan India ikut menentukan paham tasawuf
sebagai arah asketis-mistis dalam ajaran Islam (Mr. G.B.J Hiltermann &
Prof.Dr.P.Van De Woestijne).
·
(Sufisme)yaitu ajaran mistik (mystieke
leer) yang dianut sekelompok kepercayaan di Timur terutama Persi dan India
yang mengajarkan bahwa semua yang muncul di dunia ini sebagai sesuatu yang
khayali (als idealish verschijnt), manusia sebagai pancaran (uitvloeisel)
dari Tuhan selalu berusaha untuk kembali bersatu dengan DIA (J. Kramers Jz).
·
Tasawuf dan sufi berasal dari kota Bashrah di
negeri Irak. Dan karena suka mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu domba
(Shuuf), maka mereka disebut dengan "Sufi". Soal hakikat Tasawuf, ia
itu bukanlah ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam dan bukan pula ilmu
warisan dari Ali
bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu. Menurut Asy Syaikh Ihsan
Ilahi Zhahir rahimahullah berkata: “Tatkala kita telusuri ajaran Sufi periode
pertama dan terakhir, dan juga perkataan-perkataan mereka baik yang keluar dari
lisan atau pun yang terdapat di dalam buku-buku terdahulu dan terkini mereka,
maka sangat berbeda dengan ajaran Al Qur’an dan As Sunnah. Dan kita tidak
pernah melihat asal usul ajaran Sufi ini di dalam sejarah pemimpin umat manusia
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam , dan juga dalam sejarah para shahabatnya
yang mulia, serta makhluk-makhluk pilihan Allah Ta’ala di alam semesta ini.
Bahkan sebaliknya, kita melihat bahwa ajaran Sufi ini diambil dan diwarisi dari
kerahiban Nashrani,
Brahma Hindu, ibadah Yahudi
dan zuhud Buddha"
- At Tashawwuf Al Mansya’ Wal Mashadir, hal. 28.(Ruwaifi’ bin Sulaimi, Lc).
2.1.2 Akidah Sufistik
Dalam
bentuknya yang terakhir akidah tasawuf berbeda dengan Al-Qur’an dan Sunnah dari
seluruh sisinya, disebabkan oleh sumber dan penerimaan akidah itu, yakni sumber
pengetahuan keagamaan. Dalam Islam akidah ditetapkan hanya Al-Qur’an dan
Sunnah, tetapi dalam tasawuf akidah ditetapkan melalui Ilham, wahyu yang
dipercaya oleh para Wali. Hal ini berhubungan dengan Jin yang mereka namanakan
dengan makhluk ruhani, atau mi’rajnya ruh ke langit. Lebur dalam Allah dan
berkilauannya cermin hati. Sehingga menurut pengakuan mereka, perkara ghaib
tampak seluruhnya bagi wali Sufi melalui kasyf dan mengikatkan hati dengan
Rasulullah SAW,karena dalam kepercayaan mereka ilmu-ilmu itu disandarkan pada
Rasulullah atau dengan bertemu dengan Rasulullah dalam keadaan terjaga atau
mimpi. Ketika sumber-sumber itu
terbilang banyak maka akidah itu sendiri berkembang, berubah-ubah, satu sama
lainnya berbeda. Masing-masing menyatakan apa yang,apa yang tertangkap kasyfnya dan dari dalam benaknya,atau apa yang dikatakan Rasulullah,diberikan
malaikat atau yang ia lihat sendiri di Lauhul Mahfudz.
Mengenai Al-Qur’an dan Sunnah para Sufi memiliki penafsuran kebatinan yang terkadang mereka menamakannya tafsir Isyarat. Mereka percaya bahwa setiap huruf dalam Al-Qur’an memiliki makna yang tidak diketahui kecuali oleh Sufi yang mumpuni dan terbuka hatinya. Berdasarkan hal ini para Sufi memiliki keberagaman sendiri yang dalam tataran ushul dan cabangnya berbeda dari agama yang dibawa oleh Rasulullah.
Mengenai Al-Qur’an dan Sunnah para Sufi memiliki penafsuran kebatinan yang terkadang mereka menamakannya tafsir Isyarat. Mereka percaya bahwa setiap huruf dalam Al-Qur’an memiliki makna yang tidak diketahui kecuali oleh Sufi yang mumpuni dan terbuka hatinya. Berdasarkan hal ini para Sufi memiliki keberagaman sendiri yang dalam tataran ushul dan cabangnya berbeda dari agama yang dibawa oleh Rasulullah.
2.1.3 Contoh Paham Sufi atau paham tasawuf :
Paham kesatuan wujud
Paham ini berisi keyakinan bahwa manusia dapat bersatu
dengan Tuhan. Penganut paham kesatuan wujud ini mengambil
dalil Al Quran yang dianggap mendukung penyatuan antara ruh manusia dengan Ruh
Allah dalam penciptaan manusia pertama, Nabi Adam AS:
“...Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan
Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud
kepadanya (As Shaad; 72)”
Sehingga ruh manusia dan Ruh Allah dapat dikatakan
bersatu dalam salat karena salat adalah me-mi'rajkan ruh manusia kepada Ruh
Allah Azza wa Jalla . Atas dasar pengaruh 'penyatuan' inilah maka kezuhudan
dalam sufi dianggap bukan sebagai kewajiban tetapi lebih kepada tuntutan bathin
karena hanya dengan meninggalkan/ tidak mementingkan dunia lah kecintaan kepada
Allah semakin meningkat yang akan bepengaruh kepada 'penyatuan' yang lebih
mendalam.
Paham ini dikalangan penganut paham kebatinan
juga dikenal sebagai paham manunggaling kawula lan gusti yang berarti
bersatunya antara hamba dan Tuhan.
2.1.4
Pokok-pokok ajaran tasawuf
Pokok-pokok ajaran tasawuf terbagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut :
a.
Tasawuf akhlaki, sebagaiman namanya,
perhatian utamanya di arahkan menjadikan manusia bersih jiwanya dalam rangka
mencapai tujuan untuk mendekatkan diri, beribadah kepada Allah. Dalam pandangan
kaum sufi, manusia terdiri dari urusan jasmani dan rohani. Jasmani di lengkapi
pancaindera, rohani di lengkapi dengan akal, perasaan, hawa nafsu. Manusia
menurut pandangan kaum sufi cenderung megikuti
hawa nafsu. Dorongan hawa nafsu ini cederung ingin menguasai dunia dengan
segala isinya, lupa kepada tujuan yang hakiki sebagai hamba Allah yang harus
mencari keridhaan Allah. Karena waktu di habiskan untuk masalah duniawi,
ingatan dan perhatian jauh dari Allah. Hal itu kata Al-Ghazali, karena tidak
terkontrolnya hawa nafsu. Walaupun demikian, manusia tidak boleh mematikan hawa
nafsu karena nafsu merupakan salah satu potensi agar manusia dapat hidupp lebih
maju penuh kreatifitas. Nafsu sebenarnya bersifat fitri , mempunyai kecenderungan baik dan buruk, menjadi baik kalau
ia di bersihkan dari pengaruh-pengaruh jahat dengan menanamkan agama sejak
dini, sehingga tabiat nafsu dapat di kendalikan. cara untuk melestarikan rasa
ketuhanan adalah sebagai berikut ;
1.
Munajat yaitu melapor diri ke hadirat Allah
atas segala aktifitas yang baik maupun yang buruk dengan cara khas orang sufi.
2.
Muraqabah dan Muhasabah. Menurut Al-ghazali,
muraqabah sama denga ihsan. Dari segi bahas dapat di artikan “selalu
memperhatikan yang di perhatikan”. Menurut istilah muraqabah artinya senaniasa
memandang dengan
hati kepada Allah dan selalu memperhatikan apa yang di ciptakan-Nya dan tentang
hukum-hukum-Nya.
Muhasabah ( memperhitungkan) terhadap amal
perbuatan sendiri atau instropeksi terhadap mamal perbuatannya, sehingga mengetahui kekurangan dan
kelebihannya. Dengan mengetahui kekurangannya ada keinginan untuk memperbaiki
diri dengan mengikuti kebenaran serta memperbaiki hubungan dengan Allah.
3.
Memperbanyak dzikir dan wirid. Ciri khas
kehidupan sufi adalah memperbanyak zikir dan wirid. Zikir adalah menyebut,
mengingat, dan mneghayati asma’ Allah,
sedangkan wirid mengulang-ulang terus menerus apa yang di zikirkan dana
adakalanya doa-doa, asma’ Allah, atau amalan-amalan, biasanya di lakukan
setelah shalat sunnah ( sebagai tambahan dari shalat wajib ). Secara umum, orang
sufi membaca zikir menjadi dua
tingkatan yaitu
a.
Zikir lisan
b.
Zikir qalbu
4.
Mengingat mati. Manusia sering lupa bahwa
hidup ini terbatas waktunya, lambat atau cepat ia harus kembali menghadap Allah
untuk mempertanggungjawabkan segala aktivitasnya, apakah ia menunaikan
tugasnya, apakah dia telah mempersiapkan bekal intuk kehidupan akhirat atau
tidak.
5.
Tafakkur, arti harfiahnya berpikir, merenung,
atau meditasi. Dalam islam tafakkur berdasarkan dalil ayat Al-Qur’an yang
mmenuntut manusia untuk merenungkan tanda-tanda (fenomena-fenomena) alam,
misalnya dalam (QS Ali Imran [3] 190-191) juga hadist yang artinya : “ merenung
sesaat lebih besar nilainya daripada amal-amal baik yang di berkahi, dengan
bobot yang di kerjakan oleh dua jenis makhluk (manusia dan jin).”
b.
Tasawuf ‘amali, merupakan kelanjutan dari
tasawuf akhlaki, karena orang tidak bisa dekat dengan Tuhan dengan
amalan-amalan dan ibadah sebelum ia membersihkan jiwanya. Jiwa yang bersih
merupakan syarat utama untuk bisa kembali kepada Tuhan, karena Dia adalah zat
yanng bersih dan suci dan hanya menerima orang-orang yang suci: Dan Allah
menyukai oarng yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. ( QS
Al-Baqarah : 222 ). Orang sufi ( penganut tasawuf amali ) membagi ajaran agama
kepada ilmu lahir dan ilmu batin, yaitu ajaran agama ada yang pengamalannya
mengandung arti lahiriyah dan ada yang batiniah. Yang lahiriyah adalah
amalan-amalan yang mnegikuti aturan-aturan syariah, sedangkan yang batiniyah
adalah yang mengikuti aturan-aturan ahli tasawuf. Orang sufi pada hakikatnya
adalah orang-orang yang mengamalkan perintah Allah secara baik, benar, tuntas
dan menyeluruh. Sebab, tanpa tahapan-tahapan itu seseorang tidak akan mampu
naik ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga seseorang yang akan memasuki dunia
tasawuf harus lebih dahulu mengetahui secara mendalam tentang isi Al-Qur’an dan
Al-Hadits yang merupakan sumber amalan-amalan.
c.
Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang
jaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dengan visi rasional. Tasawuf
falsafi menggunakan terminologi falsafi yang berasal dari bermacam-macam ajaran falsafah yang telah memengaruhi
para tokohnya. Karena itu pengaruh tersebut telah membuat ajaran tasawuf ini bercampur dengan
ajaran-ajaran falsafah di luar islam, seperti dari yunani, persia, India, dan
agama nasrani. Walaupun demikian, orisinalitasnya sebagai tasawuf ( mistik yang
berdasarkan ajaran islam ) tidaklah hilang karena tokohnya, meskipun mempunyai
latar kebudayaan dan pengetahuan berbeda sesuai ekspansi islam yang telah
meluas pada waktu itu dan kemajuan umat islam dalam bidang ilmu pengetahuan
pada saat itu, tetap berusaha menjaga kemandirian ajarannya, sera menyesuaikan
dengan ajaran tasawuf yang mereka anut. Para tokoh tasawuf ini sangat gigh mengkompromikan
ajaran-ajaran falsafah yang berasal dari luar islam ke dalam tasawuf mereka.
2.2 IHSAN
SEBAGAI INSPIRASI MUNCULNYA SUFISME
Suatu hari Rosululloh SAW didatangi oleh Malaikat Jibril
a.s yang intinya menyampaikan/mengajarkan mengenani pondasi dienul Islam. yakni,
Iman, Islam dan Ihsan. Iman mencakup adab bathiniyyah, berkaitan dengan akidah
dan keyakinan sebagai seorang muslim. Islam mencakup adab lahir, syari'at dan
cabang-cabangnya. sementara Ihsan merupakan pencakupan dari keduanya atau bisa
juga disebut dengan maqam evaluasi.
Sejarah
mencatat seiring waktu berjalan, perpecahan dan perbedaan menguji umat islam.
karakteristik yang berbeda-beda, daerah kekuasaan yang semakin luas dan
kepemimpinan islam yang tidak jelas. menjadi faktor utama awal keretakan ummat
islam. sebagaimana Rosululloh SAW pernah menyampaikan bahwa "yang
pertamakali hilang/terlepas dari umat ku adalah kepemimpinan dan yang terakhir
hilang/lepas adalah sholat" sehingga apa yang diterima oleh umat islam
mengenai dienul Islam tidaklah utuh lagi, sebagian menerima islam saja dan
berkonsentrasi pada keislamannya semata, maka dari mereka muncul ulama-ulama
fiqih yang ternama (yang paling populer) Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i
dan Imam Hambali.
Sebagian
lagi berkonsentrasi dengan nilai-nilai keimanan, dan dari sini muncul dua imam
yang populer pula. yakni, iamam Asy 'Ari dan Imam Al Maturidi. mereka menjadi
rujukan umat mengenai nilai-nilai iman,
Dan
ada pula yang berkonsentrasi pada nilai-nilai keihsanan, maka dari sini muncul
istilah-istilah zuhud, ikhlas, dan berkembang menjadi sebuah komunitas yang
disebut sufi, sementara pemahamannya disebut tasawuf. mereka berkonsentrasi dan
melatih diri mereka untuk mencapai nilai ihsan, yakni berusaha merasakan 'hadirnya'
Allah dalam setiap gerak ibadah mereka. mereka melatih (riyadhah) agar tidak
tertipu oleh kehidupan duniawi dan senantiasa meninggkatkan kerinduan kepada
Allah SWT.
2.3 Fenomena Supranatural dan Ruqiyah (Pengobatan Alternative)
2.3.1 Pengertian
Keramat atau Supranatural
adalah segala sesuatu fenomena atau kejadian yang tidak umum atau tidak lazim
atau dianggap di luar batas kemampuan manusia pada umumnya dan tidak
sesuai dengan hukum alam.
Sebenarnya kemampuan ini bisa didapat dengan mengembangkan cakra atau
pusat-pusat energi dalam tubuh.
Lewat beberapa nukilan ilmu Al-Hikmah, Imam Al-Būnī dalam kitabnya, Manba’ Usul Hikmah
menerangkan : “Untuk bisa mencapai ilmu supranatural secara benar dan bisa
dibuktikan akan hasilnya seorang ritualis harus bisa memahami segala isi ilmu
yang terkandung di dalamnya baik berupa tata cara puasa, berzikir dan
pendalamannya”.
Diantara
pendalaman ilmu supranatural yang harus diketahui adalah sebagai berikut :
1.
Mudawamah al-Zikr / Istiqomah Dalam Berzikir.
Dalam pembedaran ini seorang ritualis dituntut untuk
selalu menjaga wiridannya secara istiqomah di setiap malam harinya. Sebab untuk
bisa merasakan manfaat ilmu yang sedang dijalaninya, seorang ritualis harus
bisa memilah peraturan apa yang harus dipilih dalam hal berzikir. Inilah
tingkatan zikir menurut hukum
para Ahli Hikmah :
a.
Zikir Umum (maksimal 2 jam dalam satu dudukan). Tahapan ini membutuhkan waktu 4
tahun untuk bisa merasakan manfaatnya ilmu. Dengan pembahagian :
b. Zikir Khusus (maksimal 5 jam dalam satu
dudukan). Tahapan ini membutuhkan waktu 2, 5 tahun untuk bisa merasakan
manfaatnya ilmu.
c. Zikir Khususul Khusus (maksimal 7 atau 9 jam
dalam satu dudukan). Tahapan ini membutuhkan waktu 41 hari untuk bisa merasakan
manfaatnya ilmu.
2.
Tarkunnafsi / Meninggalkan Adat Kebiasaan.
Mengulas arti tarkunnafsi menurut Imam Al-Buuni adalah :
“Merubah segala kebiasaan hidup kita dengan jalan meniru kebiasaan para
Ahlillah dengan kata lain mengendalikan nafsu badan lewat berbagai aktifitas
tirakat seperti menahan lapar dengan cara berpuasa dan menjauhi tidur, menahan
mulut dari banyaknya bicara yang kurang bermanfaat dan lain sebagainya”.
3.
Sidiq al-Qalbi / Kejujuran
Hati.
Sebagai seorang supranaturalis ilmu Al-Hikmah, kejujuran
dan kebersihan hati adalah kunci utama dalam hal penataan ilmu yang sedang
dijalaninya. Mereka harus menjaga rasa dan pikirannya dari sifat berandai-andai,
ingindi puji, sombong dan lain-lain. Sebab bagaimana pun kuatnya batin seorang
supranaturalis, apabila sifat tadi telah bersarang dan tidak secepatnya
dibuang, maka lambat laun ilmu yang sudah menyatu dengan tubuhnya akan sirna
dengan sendirinya.
Seperti halnya di zaman sekarang, ilmu supranatural
banyak dicari kerana berbagai faktor dan tujuan. Namun untuk memperdalam ilmu
ini belum tentu semua berhasil meraihnya.
Bagi seorang yang ingin memperdalam ilmu Al-Hikmah, maka
kesabaran dan kedisplinan harus selalu terjaga. Sebab banyaknya kegagalan
biasanya dari faktor setengah-setengah dalam menjalani suatu ilmu.
Diantara yang menjadi penyebab kegagalan lainnya adalah
kerana kurangnya bimbingan dari guru yang mumpuni atau belajar tanpa guru.
2.3.2 Contoh Fenomena supranatural dan ruqiyah (pengobatan alternative)
Ada
banyak fenomena keramat/supranatural yang kita jumpai dalam kehidupan ini,fenomena
keramat tersebut contohnya adalah kesurupan .Kesurupan adalah suatu peristiwa dimana adanya gangguan
makhluk halus yang merasuki tubuh seseorang. Kebanyakan kesurupan menyerang
kaum hawa. Hal ini dikarenakan, wanita lebih labil sehingga mudah dimasuki
makhluk halus tersebut.
Kesurupan biasanya membuat yng terkena
akan hilang kendali. Mereka akan menjerit-jerit tidak menentu, kadang menyebut
nama seseorang yang dipercaya adalah orang yang ada kaitannya dengan makhluk
halus yang merasuki.
Dunia ini terbagi dua, antara dunia
nyata, dunia manusia dan dunia ghoib, yaitu dunia para makhluk halus, seperti
jin, setan, iblis, dan sebagainya. Kesurupan biasanya akan mengajak teman atau
merembet ke orang yang dipanggilnya. Maka, ketika itu juga seseorang yang
dipanggil akan hilang ingatan.
Hal ini bisa terjadi karena
kemungkinan mereka melihat adanya penampakan di suatu tempat yang kemudian
merasuk ke dalam jiwa mereka. Biasanya mereka mengalaminya di tempat yang
memang angker. Kasus kesurupan yang terjadi di SMA Negeri 6 Lampung dan SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta adalah salah satu contoh kesurupan masal.
Sekitar 20 orang siswa pada tanggal 1
Maret 2006 dan berlanjut pada tanggal 2 Maret sekitar 50 orang siswa terjadi di
SMAN 6 Lampung. Jika telah terjadi gangguan seperti ini, maka ruqyah syari’iah
adalah cara yang paling utama dilakukan dalam Islam. Ruqyah Syari’iah adalah
sebuah terapi nabawi yang digunakan untuk memulihkan seseorang dari kerasukan
sejak Nabi. Hal ini dilakukan dengan cara membacakan ayat-ayat suci Al-Quran
dan juga do’a-do’a yang ma’surat. Sehingga, orang yang bersangkutan akan
kembali normal.
Hantu, Jin, Tuyul, dan sebainya adalah
beberapa jenis makhluk halus yang ada di Indonesia. Keberadaannya adalah wajar
karena Allah menciptakan mereka sebagaimana manusia. Akan tetapi kita harus
mengerti dan paham bahwa penampakan mereka hanyalah fitnah.
Karena, secara kasat mata manusia pada
umumnya tidak mampu melihat. Hanya orang-orang tertentu yang mampu. Jika kita
melihat atau merasakan keanehan di lingkungan kita, kemungkinan itu benar
adanya. Sebagian orang percaya bahwa hantu menyerupai dan berukuran seperti
manusia. Namun sebagian orang berpendapat bahwa hantu memiliki bentuk seperti
hewan. Hantu ada setelah roh dalam jasah keluar dari tubuh manusia. Dengan
demikian bentuk atau wujud hantu menyerupai bayang-bayang atau seperti kabut.
Untuk melindungi kita atau rumah kita
dari gangguan makhluk halus sangat sederhana dan sudah sangat jelas sekali
dalam Al-Qur’an, bahwa kita sering menghiasi rumah kita dengan sesuatu yang
baik-baik, seperti menegakkan shalat 5 waktu, tadarus, mengaji ayat-ayat Allah.
Hal ini bertujuan untuk melindungi
agar hantu atau makhluk ghaib lainnya tidak menggangu atau menghuni rumah kita.
Hal ini juga ampuh untuk memberikan sinar bagi rumah kita. Karena sesuai
janji-Nya barang siapa yang melantunkan Ayat-Ayat-Nya dan menegakkan shalat
maka akan diberi perlindungan dari apapun.
Cara kedua adalah kita harus sering
tinggal di rumah kita dalam jangka waktu lama. Jika kita demikian, maka hantu
akan senang tinggal di rumah yang sepi tidak ada kegiatan dan kehidupan, dan
lain sebagainya. Demikian tips sederhana namun ampuh. Dan perlu diingat bahwa
kita, manusia adalah manusia yang paling sempurna dan derajatnya lebih tinggi.
Allahua’lam bissawaf….
DAFTAR
PUSTAKA
Sunanto,Musifah.2005.Sejarah Peradaban Islam di Indonesia.Jakarta:RajaGrafindo Persada.
Madkour.ibrahim.2004.Aliran dan Teori Filsafat Islam.Jakarta:Bumi Aksara.
http://hantuhantu.com/menye
www.sufinews.com/index.php?option=com_content.
agama.kompasiana.com/.../tasawuf-dan-munculnya-dalam-islam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar